Kamis, 03 Oktober 2013

Lantang



Jangan alihkan pandanganmu.
Tenang...
            Ya.
Tetap lurus.
            Ke depan, ke arah gadis berambut ikal itu.
Namanya Akarina.
Nama yang aneh, namun begitulah mereka menamainya. Kau sendiri tidak ada waktu untuk menertawakannya seperti teman-teman kalian di SD yang selalu saja menganggap lucu nama tersebut, atau teman-teman SMP kalian yang biasa memangggilnya Si Akar-akaran entah untuk alasan apa.
Padahal namamu lebih aneh lagi.
Kau tak peduli, kau terbiasa mengagumi ketimbang memaki.
Meski demikian, kau lebih suka memanggilnya Kana.
       Kau sudah lama sekali mengenalnya, bahkan jauh...jauh sebelum kau bisa mengeja namamu sendiri dengan baik dan benar. Rumah kalian berhadap-hadapan. Bukankah itu kebetulan yang menyenangkan?
Kau juga hapal betul aroma rambutnya yang manis. Itu sudah pasti, karena kalian sering bermain kemah-kemahan bersama. Kau dan Kana, kalian berdua sama-sama menyukai semak belukar, sama-sama suka menerbangkan layang-layang di siang hari yang berangin...sama-sama suka duduk di halaman depan rumah dan saling lempar bom air yang dimasukkan ke dalam balon, saling mengirim kode morse dengan senter di malam hari untuk memamerkan keterampilan kalian setelah mengikuti PRAMUKA. Kalian banyak menghabiskan waktu bersama.
“Terlalu banyak malah” Kana yang bilang.
Tidakkah kau ingat? Kau pernah tersenyum dan berkata padanya, “Lebih lama lagi lebih bagus. Justru mauku lebih lama lagi...”
           Ketahuilah, Kana juga berpikiran sama denganmu.
           Dia ingin bersamamu lebih lama lagi, dan ini bukan main-main. Bukan ‘bersama’ seperti yang sudah kalian lakukan sepanjang sembilan belas tahun terakhir, tetapi ‘bersama’ seperti yang ada pada khayalanmu, pada khayalannya. Kau pasti mengerti.
           Jadi, katakan saja. Lakukan sekarang.
        “Rando! Hello! Di sini!” Tidak seperti yang lain, dialah satu-satunya orang yang berani memanggilmu Rando, sedikit bagian yang harusnya membuatmu muak, tapi karena Kana yang memanggilmu, kau tak pernah lebih bahagia dari ini. “Ya ampun...kalau kamu cuma diem, nggak ngomong apa-apa dan ngeliatin aku terus, mending aku pergi.”
           “Kana...nikah. Mau kan?”
        “Hah? Uhuk! Uhuk! Apa? Nikah? Jadi suami-istri maksudnya? Tinggal serumah, punya anak, ganti panggilan ma-pa atau yah-bun dan nggak lagi panggil nama masing-masing, gitu? Kita kan masih kuliah!”
          “Nggak mau ya?”
          “Hhh?”
          “Nggak mau? Nggak suka?”
          “Menurut kamu?”
          “Apanya?”
          Lalu dia menciummu. Tepat di bibir. Kau tak pernah merasa seberuntung itu sebelumnya.
       Kana memang begitu, dia gadis paling spontan yang pernah kau kenal. Sekalipun kau sudah berpengalaman mencium bibir gadis-gadis lain, dia akan selalu bisa membuatmu tertegun seolah itu adalah ciuman pertamamu. Tetapi memang iya, itu ciuman pertamamu dengannya.
       Kau lihat kan? Dia mencintaimu. Mungkin kau tak pernah tahu rahasianya, bahwa dia diam-diam selalu mendoakanmu di malam hari. Sebelum beranjak ke ranjang, dia akan berbicara dengan Tuhan. Doanya singkat, doa yang sama sejak dia duduk di bangku kelas 3 SD, agar kau diberi kebahagiaan oleh Tuhan, dan...agar kau tak lagi memiliki gumpalan kabut dalam hatimu.
    Sayangnya Tuhan punya rencana lain, Tuhan membiarkanmu melihat tubuh Kana dimasukkan ke dalam lubang di tanah. Kau berteriak, meronta, menangis keras, seperti anak kecil tak berdaya yang ditelantarkan seorang diri di tengah padang pasir yang gersang.
Kalau kau mau, kau bisa saja memilih untuk jadi gila, bukankah kau sudah pernah hampir gila sebelum ini? Tapi ternyata pikiranmu yang sehat tak seputus asa hatimu yang sudah sakit dan hampir berkabut lagi. Kau memilih untuk tetap waras.
Mana kau tahu kalau saat itu bukan hanya jiwa Kana yang ikut lenyap, ada jiwa lain yang ikut bersamanya, yang tak pernah kau pahami, karena menurutmu kau masih terlalu muda.
Apa kau siap? Mulai sekarang...apa kau siap?
Dengarkan baik-baik.
Apa kau siap dibenci Tuhan?
RANDOWAGE ASKABRATA! Apa kau siap dibenci Tuhan seumur hidupmu?!
***
-THE END-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar